Sistem Pelumasan pada engine MAN dengan type S 35` MC adalah dengan menggunakan uni-lubricating oil system, Sistem ini digunakan untuk melumasi camshaft, bearing, journal bearing dan exhaust valve actuator.Sistem uni lubricating terbagi menjadi 2 bagian yaitu sistem purifiying dan sistem pelayanan (servis). Sistem purifiying digunakan untuk memisahkan pelumas dari kandungan cairan seperti misalnya air. Untuk mendinginkan pelumas supaya bisa mencapai nilai kurang dari 450 C maka digunakan cooler. Dengan adanya cooler ini diharapkan temperatur pelumas yang masuk ke engine bisa ≤ 450 C,dari engine pelumas akan dikumpulkan pada oil pan (calter) kemudian masuk ke sump tank. Kecepatan fluida pada sistem pelumas ini mencapai nilai 1,8 m/s.
Sedangkan pada turbocharge dengan menggunakan slide bearing, pelumasan dari main engine dilengkapi dengan sensor untuk UMS (Unattended Machinery Spaces). Pemurnian pada metoda UMS menggunakan centrifuges otomatis dengan total discharge difungsikan. Kapasitas nominal Lubricating oil centrifuges didasarkan pada rekomendasi pabrik pembuat yang sesuai ketentuan 0.136 l/kWh = 0.1 l / BHPh.
Keluaran dari oli pelumasan ini akan lewat AB dan kemudian akan turun ke bottom tank. Untuk ventilasinya melewati port E yang langsung ke deck.
a. Lubricating Oil System
Pelumas dipompa dari sump tank (bottom) oleh pompa lubricating oil (LO) yang direkomendasi dengan menggunakan type pompa screw atau centrifugal, dengan spesifikasi pompa :
Lubricating oil viscosity, specified 75 cSt pada temperatur 500 C.
Lubricating oil viscosity.............................. maximum 400 cSt
Lubricating oil flow..................................... 175 m3/h
Design pump head .................................... 4,0 bar
Delivery pressure ...................................... 4,0 bar
Max. working temperature......................... 500 C
400 cSt merupakan keadaan normal pada waktu starting dalam keadaan cold oil. Untuk dapat mengurangi daya litrik pada waktu starting pompa maka perlu ditambahkan bypass valve. Kapasitas aliran yang diberikan adalah dengan toleransi sebesar 12 % sedangkan untuk kapasitas aliran air pendingin dengan toleransi 10%. Head pompa berdasarkan total pressure drop yang melalui cooler dan filter maksimal 1 bar. Katup bypass diantara diantarapompa LO yang tersusun pararel boleh diabaikan jika pompa sudah tersedia saluran by pass atau pompa yang digunakan jenis sentrifugal. Selama kondisi Trial katup harus diatur sedemikian rupa dengan alat yang dapat menutup katup hanya jika luasan aliran minimum yang melalui katup memberi tekanan pelumas pada inlet yang menuju ke engine pada kondisi beban normal. Direkomendasikan untuk memasang katup dengan diameter 25 mm disertai sambungan pipa setelah pompa LO yang berfungsi untuk memeriksa kebersihan sistem peluas selama menjalani prosedurm pembilasan. Cooler yang digunakan adalah cooler dengan jenis shell and tube yang terbuat dari bahantahan air laut atau bisa juga menggunakan type plate heat exchanger dengan bahan platenya terbuat dari titanium. Bahan ini digunakan jika tidak menggunakan air tawar pada sistem pendinginan engine. Spesifikasi cooler, adalah sebagai berikut :
Lubricating oil viscosity specified .................... 75 cSt pada 50 C
Lubricating oil flow
Heat dissipation............................................... 770 kW
Lubricating oil temperature outlet cooler ......... 450 C
Working pressure on oil side ........................... 4,0 bar
Pressure drop on oil side................................. maximum 0,5 bar
Cooling water flow Cooling water temperature at inlet seawater... 32 C
Freshwater ...................................................... 360 C
Pressure drop on water side maximum 0,2 bar
Kapasitas aliran lubricating oil memiliki toleransi 0 - 12%,
Sedangkan toleransi untuk kapasitas aliran cooling water adalah 0 –
10%. Untuk menjamin bahwa cooler LO berfungsi dengan baik
direkomendasikan temperatur sea water diatur supaya tidak kurang dari
100 C.
Katup pengontrol temperatur (thermostetic valve) sebagai alat untuk
mengontrol temperature pelumas yang sudah didinginkan, pada system
ini digunakan katup dengan jenis three way yang diset untuk membuka
pada temperature ≤ 450C. Angka 45 diambil berdasarkan range
temperatur inlet engine sebesar 400 – 500 C.
Full flow filter dipasang untuk menjamin bahwa kebersihan pelumas
yang akan disuply ke engine. Spesifikasi dari full flow filter adalah
sebagai berikut :
Lubricating oil flow
Working pressure .................................. 4,0 bar
Test Pressure ......................................... according to class
rules
Absolute fineness................................... 40 μ m
Working temperature.............................. approximately 450 C
Oil viscosity at woring temperature ........ 90-100 cSt
Pressure drop with clean filter ................ maximum 0.2 bar
Filter to be cleaned at a pressure drop... maximum 0.5 bar
Full flow filter diletakkan terakhir sebelum ke main engine, jika yang dipasang jenis duplex harus mempunyai kapasitas yang cukup untuk mengalirkan pelumas pada setiap sisi filter dengan temperatur kerja. Pemasangan filter dengan back flushing harus memperhatikan hal berikut :
1) Laju aliran pelumas sebesar 175 m3/h, ditambah jumlah pelumas yang digunakan untuk back flushing supaya tekanan pelumas pada inlet engine dapat dijaga kebersihannya.
2) Dalam kasus penggunaan filter dengan automatically cleaned harus dipastikan filter membutuhkan tekanan pelumas lebih besar pada sisi inlet dibandingkan dengan tekanan pompa.
Pemasangan pompa booster jenis screw, gear atau centrifugal digunakan untuk melumasi exhaust valve actuator. Booster pump mampu bekerja pada temperature 600 C dan memiliki head pompa minimum 6 bar. Bila menggunakan booster modul dari pabrik pembuat mesin maka yang sesuai untuk type 4 L42 MC adalah B-1.3-6 atau B- 1.1-5 yang terdiri dari dua booster pump yang dilengkapi sistem kontrol. Pompa ini juga didesain untuk kondisi awal pada waktu start engine.Storage tank pelumas harus mengikuti klasifikasi untuk dapat beroperasi secara normal.
b. Cylinder Lubricating Oil System
Sistem pelumasan silinder berfungsi untuk melumasi silinder liner, silinder head dan lain sebagainya. Sistem ini difungsikan untuk melumasi silinder dengan sistem suply dilayani secara gravitasi dari oil service tank yang dilengkapi dengan pelampung untuk menjaga supaya level pelumasan selalu dalam kondisi konstan. Untuk ukuran dari service tank biasanya didesain untuk konsumsi selama 2 hari. Pelumasan silinder ini menggunakan SAE 50 dan dengan pelumas yang memiliki kadar TBN 70. Pada setiap silinder liner memiliki sejumlah orifice, alat inilah yang akan mendistribusikan minyak pelumas pada masing-masing silinder melalui kerja NRV, jika piston ring melewati orrifice selama langkah keatas. Cylinder lubricators dipasang pada sisi depan dan belakang engine, yang masing-masing memiliki kapasitas tersendiri untuk mengatur kuantitas pelumas. Inilah yang bias disebut dengan type Sight Feed Lubricator yang dilengkapi dengan sight glass pada masing-masing titik pelumasannya.
Perlengkapan Lubricator antara lain :
1) Electrical heating coils, berfungsi untuk menjaga vikositasnya
2) Low Flow and Low Level Alarms, berfungsi untuk menjaga supaya isi / volume dari cylinder lubricator terpenuhi.
Lubricator merupakan dasar speed dependent design, dengan pompa tetap pada masing-masing putaran engine. Putaran dapattergantung sesuai MEP sehingga lubricator dapat dilengkapi dengan Load Change Dependent. Dengan demikian laju pelumasan ke silinder dapat secara otomatis meningkat selama kondisi startin, manouver dan perubahan beban. Sinyal untuk Load Change Dependent didapat dari ;
Alternatif 1 : Kontak control khusus yang biasanya digunakan pada rangkaian dengan mechanical hydraulic governor.
Alternatif 2 : menggunakan governor elektrik
Laju pelumasan nominal untuk kondisi MCR adalah 0,9-1,4 g/kWh atau 0,65-1,0 g/BHPh. Selama pengoperasian pertama kira-kira 1500 jam, direkomendasikan untuk menggunakan laju konsumsi yang paling atas yang proporsional dengan rumus Qp = Q x ( np/n )2. Pompa pelumasan piston rod dan filter, filter yang digunakan didalam pompa dan fine filter dapat menggunakan buatan C.C Jensen dengan type PR-0,6-5 3x380V/50Hz. Catridge filter ini terbuat dari sel fiber dan menggunakan partikel carbon dengan massa jenis kecil sekali yang dihilangkan tidak dengan cara diputar (centrifuge).
Laju aliran pelumasan sebesar 0,6 m3/h dengan tekanan kerja 0,6-1,8 bar, temperatur kerja 500 C, kehalusan saringan 1 μ m, viskositas pelumas 75 cSt pada temperatur kerja dan pressure drop. Selain itu Jensen juga menyediakan modular unit yang sudah termasuk didalamnya berupa drain tank, circulating tank dengan heating coil, sebuah pompa dan finefilter dan juga dengan wiring, piping, katup dan instrumen lainnya.
c. Pemilihan Jenis Pelumas
Untuk menentukan jenis pelumas yang cocok dan sesuai harus memperhatikan standart ketentuan yang direkomendasikan oleh pabrik pembuat engine dengan grade viskositas SAE 30, TBN 5-10 dan SAE 50, TBN 70 untuk pelumasan silinder. Sehingga digunakan produk dari Castrol untuk jenis Marine CDX-30 dengan standart pengujian mengacu pada API.
Sedangkan pada turbocharge dengan menggunakan slide bearing, pelumasan dari main engine dilengkapi dengan sensor untuk UMS (Unattended Machinery Spaces). Pemurnian pada metoda UMS menggunakan centrifuges otomatis dengan total discharge difungsikan. Kapasitas nominal Lubricating oil centrifuges didasarkan pada rekomendasi pabrik pembuat yang sesuai ketentuan 0.136 l/kWh = 0.1 l / BHPh.
Keluaran dari oli pelumasan ini akan lewat AB dan kemudian akan turun ke bottom tank. Untuk ventilasinya melewati port E yang langsung ke deck.
a. Lubricating Oil System
Pelumas dipompa dari sump tank (bottom) oleh pompa lubricating oil (LO) yang direkomendasi dengan menggunakan type pompa screw atau centrifugal, dengan spesifikasi pompa :
Lubricating oil viscosity, specified 75 cSt pada temperatur 500 C.
Lubricating oil viscosity.............................. maximum 400 cSt
Lubricating oil flow..................................... 175 m3/h
Design pump head .................................... 4,0 bar
Delivery pressure ...................................... 4,0 bar
Max. working temperature......................... 500 C
400 cSt merupakan keadaan normal pada waktu starting dalam keadaan cold oil. Untuk dapat mengurangi daya litrik pada waktu starting pompa maka perlu ditambahkan bypass valve. Kapasitas aliran yang diberikan adalah dengan toleransi sebesar 12 % sedangkan untuk kapasitas aliran air pendingin dengan toleransi 10%. Head pompa berdasarkan total pressure drop yang melalui cooler dan filter maksimal 1 bar. Katup bypass diantara diantarapompa LO yang tersusun pararel boleh diabaikan jika pompa sudah tersedia saluran by pass atau pompa yang digunakan jenis sentrifugal. Selama kondisi Trial katup harus diatur sedemikian rupa dengan alat yang dapat menutup katup hanya jika luasan aliran minimum yang melalui katup memberi tekanan pelumas pada inlet yang menuju ke engine pada kondisi beban normal. Direkomendasikan untuk memasang katup dengan diameter 25 mm disertai sambungan pipa setelah pompa LO yang berfungsi untuk memeriksa kebersihan sistem peluas selama menjalani prosedurm pembilasan. Cooler yang digunakan adalah cooler dengan jenis shell and tube yang terbuat dari bahantahan air laut atau bisa juga menggunakan type plate heat exchanger dengan bahan platenya terbuat dari titanium. Bahan ini digunakan jika tidak menggunakan air tawar pada sistem pendinginan engine. Spesifikasi cooler, adalah sebagai berikut :
Lubricating oil viscosity specified .................... 75 cSt pada 50 C
Lubricating oil flow
Heat dissipation............................................... 770 kW
Lubricating oil temperature outlet cooler ......... 450 C
Working pressure on oil side ........................... 4,0 bar
Pressure drop on oil side................................. maximum 0,5 bar
Cooling water flow Cooling water temperature at inlet seawater... 32 C
Freshwater ...................................................... 360 C
Pressure drop on water side maximum 0,2 bar
Kapasitas aliran lubricating oil memiliki toleransi 0 - 12%,
Sedangkan toleransi untuk kapasitas aliran cooling water adalah 0 –
10%. Untuk menjamin bahwa cooler LO berfungsi dengan baik
direkomendasikan temperatur sea water diatur supaya tidak kurang dari
100 C.
Katup pengontrol temperatur (thermostetic valve) sebagai alat untuk
mengontrol temperature pelumas yang sudah didinginkan, pada system
ini digunakan katup dengan jenis three way yang diset untuk membuka
pada temperature ≤ 450C. Angka 45 diambil berdasarkan range
temperatur inlet engine sebesar 400 – 500 C.
Full flow filter dipasang untuk menjamin bahwa kebersihan pelumas
yang akan disuply ke engine. Spesifikasi dari full flow filter adalah
sebagai berikut :
Lubricating oil flow
Working pressure .................................. 4,0 bar
Test Pressure ......................................... according to class
rules
Absolute fineness................................... 40 μ m
Working temperature.............................. approximately 450 C
Oil viscosity at woring temperature ........ 90-100 cSt
Pressure drop with clean filter ................ maximum 0.2 bar
Filter to be cleaned at a pressure drop... maximum 0.5 bar
Full flow filter diletakkan terakhir sebelum ke main engine, jika yang dipasang jenis duplex harus mempunyai kapasitas yang cukup untuk mengalirkan pelumas pada setiap sisi filter dengan temperatur kerja. Pemasangan filter dengan back flushing harus memperhatikan hal berikut :
1) Laju aliran pelumas sebesar 175 m3/h, ditambah jumlah pelumas yang digunakan untuk back flushing supaya tekanan pelumas pada inlet engine dapat dijaga kebersihannya.
2) Dalam kasus penggunaan filter dengan automatically cleaned harus dipastikan filter membutuhkan tekanan pelumas lebih besar pada sisi inlet dibandingkan dengan tekanan pompa.
Pemasangan pompa booster jenis screw, gear atau centrifugal digunakan untuk melumasi exhaust valve actuator. Booster pump mampu bekerja pada temperature 600 C dan memiliki head pompa minimum 6 bar. Bila menggunakan booster modul dari pabrik pembuat mesin maka yang sesuai untuk type 4 L42 MC adalah B-1.3-6 atau B- 1.1-5 yang terdiri dari dua booster pump yang dilengkapi sistem kontrol. Pompa ini juga didesain untuk kondisi awal pada waktu start engine.Storage tank pelumas harus mengikuti klasifikasi untuk dapat beroperasi secara normal.
b. Cylinder Lubricating Oil System
Sistem pelumasan silinder berfungsi untuk melumasi silinder liner, silinder head dan lain sebagainya. Sistem ini difungsikan untuk melumasi silinder dengan sistem suply dilayani secara gravitasi dari oil service tank yang dilengkapi dengan pelampung untuk menjaga supaya level pelumasan selalu dalam kondisi konstan. Untuk ukuran dari service tank biasanya didesain untuk konsumsi selama 2 hari. Pelumasan silinder ini menggunakan SAE 50 dan dengan pelumas yang memiliki kadar TBN 70. Pada setiap silinder liner memiliki sejumlah orifice, alat inilah yang akan mendistribusikan minyak pelumas pada masing-masing silinder melalui kerja NRV, jika piston ring melewati orrifice selama langkah keatas. Cylinder lubricators dipasang pada sisi depan dan belakang engine, yang masing-masing memiliki kapasitas tersendiri untuk mengatur kuantitas pelumas. Inilah yang bias disebut dengan type Sight Feed Lubricator yang dilengkapi dengan sight glass pada masing-masing titik pelumasannya.
Perlengkapan Lubricator antara lain :
1) Electrical heating coils, berfungsi untuk menjaga vikositasnya
2) Low Flow and Low Level Alarms, berfungsi untuk menjaga supaya isi / volume dari cylinder lubricator terpenuhi.
Lubricator merupakan dasar speed dependent design, dengan pompa tetap pada masing-masing putaran engine. Putaran dapattergantung sesuai MEP sehingga lubricator dapat dilengkapi dengan Load Change Dependent. Dengan demikian laju pelumasan ke silinder dapat secara otomatis meningkat selama kondisi startin, manouver dan perubahan beban. Sinyal untuk Load Change Dependent didapat dari ;
Alternatif 1 : Kontak control khusus yang biasanya digunakan pada rangkaian dengan mechanical hydraulic governor.
Alternatif 2 : menggunakan governor elektrik
Laju pelumasan nominal untuk kondisi MCR adalah 0,9-1,4 g/kWh atau 0,65-1,0 g/BHPh. Selama pengoperasian pertama kira-kira 1500 jam, direkomendasikan untuk menggunakan laju konsumsi yang paling atas yang proporsional dengan rumus Qp = Q x ( np/n )2. Pompa pelumasan piston rod dan filter, filter yang digunakan didalam pompa dan fine filter dapat menggunakan buatan C.C Jensen dengan type PR-0,6-5 3x380V/50Hz. Catridge filter ini terbuat dari sel fiber dan menggunakan partikel carbon dengan massa jenis kecil sekali yang dihilangkan tidak dengan cara diputar (centrifuge).
Laju aliran pelumasan sebesar 0,6 m3/h dengan tekanan kerja 0,6-1,8 bar, temperatur kerja 500 C, kehalusan saringan 1 μ m, viskositas pelumas 75 cSt pada temperatur kerja dan pressure drop. Selain itu Jensen juga menyediakan modular unit yang sudah termasuk didalamnya berupa drain tank, circulating tank dengan heating coil, sebuah pompa dan finefilter dan juga dengan wiring, piping, katup dan instrumen lainnya.
c. Pemilihan Jenis Pelumas
Untuk menentukan jenis pelumas yang cocok dan sesuai harus memperhatikan standart ketentuan yang direkomendasikan oleh pabrik pembuat engine dengan grade viskositas SAE 30, TBN 5-10 dan SAE 50, TBN 70 untuk pelumasan silinder. Sehingga digunakan produk dari Castrol untuk jenis Marine CDX-30 dengan standart pengujian mengacu pada API.
CV. PANDU ALAM LESTARI.
ReplyDeleteJUAL-BELI SEGALA MACAM SPARE PART KAPAL dan OVER HOUL
SPESIALIS DALAM MELAKUKAN PERBAIKAN
TES RUNNING, UJI COMPUTER, CEK KERUSAKAN ALAT SENSOR, BOSCH-PUMP, OVER HOUL, Dll
Hubungi: Bpk. Didik - 08123 226629
info: http://www.MesinKapal.com/